Kubah di Masjidil Aqsa yang dibangun Bani Umayyah |
Awal Masuknya Islam di Spanyol
Di zaman Bani Umayyah, masa
pemerintahan al-Walid Ibnu Abd al-Malik, Musa Ibnu Nushair diangkat sebagai
amir untuk wilayah Afrika Utara dan Barat yang berkedudukan di Qairawan. Pada
saat itu, Musa Ibnu Nushair menerima delegasi yang datang dari kota Ceuta yang
terdiri dari Pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza yang memerintah Spanyol.
Maksud kedatangan mereka ke Qairawan adalah untuk meminta bantuanAmir Musa Ibnu
Nushair guna menyerang dan menjatuhkan raja Visigoth di Spanyol bernama Roderck
yang berkedudukan di Toledo.
Setelah memperoleh persetujuan
khalifah al-Walid di Damaskus, Musa berangkat bersama pasukannya menyelusuri
pesisir Afrika bagian Utara hingga bagian barat untuk menyeberang ke darata
Eropa. Untuk memasuki daratan Eropa itu, panglima Thariq Ibnu ziyad ditunjuk
sebagi pemimpin pasukan dengan membawa 12.000 personil, dan bertindak sebagai
petunjuk jalan adalah pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza. Thariq bersama
pasukannya menyeberang selat yang terletak antara Maroko dan benua Eropa, dan
mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Tariq).
Kedatangan pasukan Islam itu
terdengar oleh raja Roderick melalui para saudagar yang menyaksikannya. Maka
raja itupun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada
tanggal 19 Juli 711, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Barbate, sehingga
terjadilah pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat
dikalahkan, bahkan roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak
melarikan diri.(Hitti, 1970 :493-494)
Kesuksesan di Rio Barbate mendorong
semangat pasukan muslim untuk terus bergerak memasuki wilayah-wilayah kekuasaan
Visigoth lainnya. Mula-mula bergerak ke Toledo dengan melewati dan menguasainya
terlebih dahulu kota-kota Malaga, Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq
terus bergerak hingga kebagian barat semenanjung Iberia. Tgariq mendapat
dukungan penduduk taklukannya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lainnya.
(Chejne,1974:8)
Mendengar kesuksesan yang dicapai
oleh Thariq Ibnu ziyad, maka Amir Musa Ibnu Nushair pada tahun 712 berangkat
menuju Spanyol. la bersama pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan
dari suku-suku Arab dengan menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq,
la mampu menaklukkan Sidonia, Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva
dan ahirnya mengikuti arah sungai, sampailah ia bersama pasukannya kekota
Merido dan kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu dan bergabung
dengan pasukan Thariq di Toledo pada bulan Juli 713.(Watt ,1992:15).
Kemenangan yang telah dicapai di
Spanyol mengukir sejarah baru Islam di Eropa, Karena Spanyol merupakan pintu
gerbang masuk ke Eropa. Untuk selanjutnya dapat menyampaikan dagwah Islamiyah
keseluruh benua Eropa dengan mudah. Penaklukan yang dilakukan oleh Thariq Ibnu
ziyad inilah merupakan asal-usul Islam di Spanyol.
Kemajuan
yang dicapai Dinasti Umayyah 2 di Spanyol
Kemajuan Peradaban
Kemajuan Peradaban
Dalam masa lebih dari tujuh
abad kekuasaan umat Islam di Spanyol telah berpengaruh membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks,
terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Kemajuan
Intelektual
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
b.
Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c.
Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi' yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi' yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
f. IImu Kesejarahan.
Perkembangan ilmu kesejarahan di
Spanyol tidak bisa lepas dari peran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) sebagai sosok
reformer, baik analisis sejarah murni ataupun historiografi. Kelahirannya
memang agak belakangan dibanding dengan tokoh-tokoh sejarah Spanyol seperti
Ibnu Qutaybah (wafat 977 M) dan Ibnu Hayyan (988-1076 M) serta sejarawan
lainnya Namun sebuah karya monumentalnya, Muqaddimah, telah mencuatkkan namanya
menjadi sosok luar biasa terutama dalam Ilmu sejarah. Teori life cycle untuk
dinasti-dinasti baik secara langsung ataupun tak langsung telah di adopsi oleh
para ilmuan dunia menjadi teori Civilization life cycle.
g. IImu Keperjalanan
Perkembangan Ilmu keperjalanan
ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh geografi di kalangan masyarakat intelek
Islam di Spanyol diantaranya Abu Ubayid al-Bakri (wafat 1094 M), AI- Idrisi
lahir 1100 M dan Abu al-Husain bin Ahmad (Iahir 1145 M) merupakan tokoh-tokoh
diantara para tokoh geografi yang belakangan melahirkan tokoh-tokoh
adventurers, seperti Ibnu Jubair yang melakukan journey pulang-pergi dari
Granada ke Mekkah melalui Mesir, Irak, Syria dan Sicilya.
Tokoh legendaris yang belakangan
muncul adalah Ibnu Batutah (1304-1377 M). Dia telah melakukan 4 kali perjalanan
Haji ke Mekah yang dilanjutkan dengan petualangannya ke berbagai negeri Muslim.
Negeri-negeri di Timur seperti Srilangka dan Bengal telah dikunjunginya bahkan
sampai ke Cina. Perjalana terahirnya pada tahun 1353 telah membawanya ke
pedalaman Afrika. (Hittl, 1970:569).
h. IImu Agama
Perkembangan ilmu agama dilingkungan masyarakat
intelek Islam Spanyol, oleh sebagian penulis sejarah, didentikkan dengan
perkembangan hukum Islam (ilmu fiqh) atau ilmu syari'at yang telah mengalami
penyempitan makna. Namun demikian dari penyempitan makna tadi, dampak positif
yang nampak pada masyarakat adalah adanya suatu tatanan hukum yang pasti dan dipegang
sebagai pedaman hidup sehingga aspek-aspek lahiriyah (sebagai objek kajian ilmu
fiqh) dari masyarakat tersebut (juga tercermin pada sebagian pandangan para
filosof) bisa terkendali dan berada dalam landasan-landasan normatif agama.
(Watt, 1992:61-62).
Penyebab
Kemunduran dan Kehancuran
1. Konflik Islam
dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
Referensi
1.
^ "Andalus, al-" Oxford Dictionary of Islam.
John L. Esposito, Ed. Oxford University Press. 2003. Oxford Reference Online.
Oxford University Press. Accessed 12 June, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar